Pembelajaran Al Qur'an suatu keharusan untuk anak

Jumat, 07 Desember 20120 komentar

Pembelajaran Al Qur'an suatu keharusan untuk anak

Derasnya arus globalisasi yang melanda dunia saat ini membawa dua dampak  yaitu dampak positif dan negatif pada perkembangan moral dan peradaban manusia  khususnya anak sebagai generasi penerus bangsa. Melesatnya teknologi informasi telah membawa manusia  ke arah terbukanya cakrawala wawasan tanpa batas. Belum lagi masuknya kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam dan tanpa ada proses filterisasi ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini jika tidak segera diantisipasi akan berakibat pada distorsi nilai dan norma Islam yang luhur. Oleh sebab itu, pembekalan  agama mutlak dilakukan sedini mungkin agar generasi muda Islam memiliki resistensi terhadap dampak negatif yaang ditimbulkan oleh kemajuan zaman ini.
Penanaman ajaran agama seyogyanya dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap Al-Qur’an, sebab Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan untuk menjadi pedoman hidup manusia untuk menghadapi tantangan zaman sepanjang masa. Al-Qur’an merupakan kitab petunjuk yang memiliki ruh pembangkit yang berfungsi sebagai penguat dan tempat berpijak bagi seluruh muslim dalam melangkah. Ia berisi aturan dan konsep global. Ia juga merupakan tempat kembali satu-satunya bagi seluruh umat Islam untuk mengambil rujukan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan dalam menyusun konsep gerakan selanjutnya (Yakub, 2006 : 92).
Al-Qur’an dapat dipahami dengan baik dan pesan-pesannya dapat tertangkap dengan maksimal apabila kita mampu membacanya dengan baik. Oleh sebab itu hal yang pertama kali diserukan oleh Allah kepada manusia sebelum melakukan penelitian dan pengamatan secara mendalam terhadap ayat-ayat Allah  baik yang Qur’aniyyah amaupun yang kauniyyah adalah perintah membaca. Dalam surat Al-Alaq Allah berfirman :
                             Artinya    :               Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,(1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah(2). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah(3), Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam(4). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya(5) (QS.96 : 1-5).
Ayat ini dengan tegas memerintahkan kepada manusia untuk membaca agar dapat menemukan keagungan Allah S.W.T sehingga dengan demikian Allah S.W.T. akan memberikan kemurahan-Nya. Prof. Dr. M. Quraish Shihab ketika menjelaskan ayat ketiga dari surat Al-‘Alaq diatas berkata: “Kemurahan Allah S.W.T. dapat menghantarkan manusia yang mempelajari alam raya ini untuk menemukan rahasia-rahasia alam yang baru serta berbeda dengan ilmuwan terdahulu (Sihab,2004 : 122).”
Pada wahyu pertama tersebut, perintah membaca ( iqro’ ) diulang dua kali, hal ini menunjukkan adanya penekanan terhadap perintah membaca tersebut serta menunjukkan bahwa membaca hanya akan berhasil apabila dilakukan terus menerus dan berulang-ulang ( Zuhailiy, 2002 : 3, 2902).
Membaca Al-Qur’an memiliki tiga tingkatan. Pertama, tingkatan paling rendah, yaitu mampu membaca Al-Qur’an seolah-olah kita membacanya dihadapan Allah. Kedua, bersaksi di dalam hati seolah-olah Allah berbicara dengan kita dengan penuh kelembutan, pemberian dan kasih sayang. Ketiga, mampu melihat Yang Berbicara di dalam firman dan melihat sifat-sifat Tuhan di dalam kalimat-kalimat Al-Qur’an (Pasha , 2006 : 29 ).
Membaca Al-Qur’an dapat menumbuhkan sikap cinta terhadapnya yang kemudian akan berujung pada keinginan untuk memahaminya. Tradisi para sahabat dalam memahami Al-Qur’an dimulai dengan membacanya lalu menghafalkan seayat demi seayat. Setelah Al-Qu’an terpatri erat dalam sanubari mereka, lalu mereka mulai merenungkan makna-maknanya satu persatu.
Hal yang baik dan keberhasilan yang telah dicapai oleh generasi terdahulu sudah selayaknya ditiru dan dikembangkan oleh generasi sekarang. Penanaman kecintaan terhadap Al-Qur’an harus dimulai sedini mungkin. Pengajaran membaca dan menghafal Al-Qur’an sebagai langkah awal untuk menumbuhkan kecintaan terhadapnya, harus mulai digalakkan dikalangan anak-anak muslim.
Akan tetapi kendala yang dihadapi oleh orang tua adalah sulitnya menemukan metode yang tepat yang dapat digunakan sehingga anak memiliki minat dan keinginan untuk belajar membaca, lebih-lebih menghafalkan Al-Qur’an. Metode yang beredar luas terkadang membosankan dan tidak memiliki daya dorong terhadap keinginan anak untuk belajar membaca Al-Qur’an, sehingga setelah bertahun-tahun belajar, perkembangan yang didapat oleh anak sangat sedikit.
Kondisi ini diperparah dengan minimnya kualitas guru yang mengajarkan Al-Qur’an. Perekrutan guru Al-Qur’an yang serampangan menimbulkan dampak buruk bagi anak yang belajar padanya. Sebuah ironi apabila sebuah lembaga menginginkan anaknya mampu membaca dengan fasih atau bahkan menghafal Al-Qur’an namun gurunya sendiri bukan ahli Al-Qur’an.
Perkembangan teknologi juga membawa dampak negatif cukup besar bagi minat anak untuk belajar Al-Qur’an. Anak lebih suka menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer untuk main game atau sekedar berselancar di dunia maya dibanding dengan mengeja huruf demi huruf Al-Qur’an. Mereka lebih senang mendengarkan musik daripada mendengarkan murotal. Ditambah lagi sikap acuh orang tua terhadap perkembangan anaknya sehingga para orang tua tidak peduli lagi tentang pendidikan agama anaknya. Akibatnya anak menjadi semakin jauh dari Al-Qur’an dan enggan untuk mempelajarinya.





Share this article :

Posting Komentar

 
TEMPLATE ASWAJA| MI Al Qur'an Al Kayyis - All Rights Reserved
Supported : MADINATULIMAN.COM | Creating Website | Johny dan Mas Themes