Peranan Orang Tua dalam Pembelajaran Alquran di Lingkungan Rumah Tangga

Jumat, 07 Desember 20120 komentar

Peranan Orang Tua dalam Pembelajaran Alquran di Lingkungan Rumah Tangga


Pengertian Peranan Orang Tua
Peranan Orang Tua dalam Pembelajaran Alquran di Lingkungan Rumah Tangga. Kata peranan yang kata dasarnya “peran” diartikan sebagai “Pemain sandiwara, (film); tukang lawak pada permaian lawak makyung; watak yang ditentukan oleh ciri-ciri individual yang sifatnya khas dan istimewa; seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh yang berkedudukan dalam masyarakat.”[1] Kata peranan itu sendiri diartikan sebagai "bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan." Kata peran atau peranan yang dilihat dari kata kerjanya yaitu "memerankan" diartikan "melakukan peranan." [2]
Adapun orang tua, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai "ayah ibu kandung; (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya), orang yang dihormati (disegani) di kampung." [3] Jelasnya orang tua ayah dan ibu dari anak, yang melahirkan dan membesarkannya dan memberikan pendidikan kepadanya atau membiayai pendidikannya
Berdasarkan pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa peranan orang tua peran yang dilakukan oleh orang tua dalam melaksanakan tugas-tugas yang diserahkan kepadanya. Mereka mesti memfungsikan dirinya untuk melaksanakan tugas sebagai bentuk wujud peranannya menjadi orang tua. Orang tua yang menjalankan peranannya berarti orang tua tersebut berupaya untuk melaksanakan kewajibannya.

Pengertian Pembelajaran Alquran
Selanjutnya kata "pembelajaran" kata dasarnya "ajar" yang berarti "petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut).[4] Kata "ajar" ini menimbulkan kata lain, yaitu kata "mengajar" yang diartikan "memberi pelajaran, melatih."[5]
Kata "pembelajaran" sendiri diartikan sebagai “proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk untuk belajar.”[6] Dalam referensi yang lain disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses yang terjadi antara pembelajar (teacher) dengan pebelajar (learner). [7] Disebutkan pula bahwa ringkasnya pembelajaran tersebut adalah “upaya membuat pebelajar belajar.”[8]
Adapun kata Alquran menurut bahasa  adalah "bacaan atau yang dibaca."[9] Menurut istilah Alquran diartikan sebagai "nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushhaf." [10]
Pengertian lain tentang Alquran adalah : “Firman Allah sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi SAW yang ditulis dalam mushhaf yang dinukilkan kepada kita  dengan mutawatir dan membacanya adalah ibadah.” [11]
Ada juga yang mengartikan Alquran sebagai berikut : “Kalam Allah, mengandung mukjizat dan diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, dalam bahasa Arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, terdapat dalam mushhaf, dimulai dari surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nas.” [12]
Kesimpulan dari pembelajaran Alquran adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh kepandaian berupa keterampilan. Keterampilan tersebut berupa dikuasainya atau terampilnya seseorang dalam membaca Alquran. Alquran sendiri merupakan kitab pedoman umat Islam seluruh dunia yang ada di tangan dan di tempat masing-masing umat Islam sekarang.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa orang tua yang berperan atau menjalankan peranannya adalah orang tua yang melaksanakan kewajibannya berdasarkan yang dibebankan kepadanya dalam memberikan pembelajaran membaca Alquran. Sebaliknya apabila ada orang tua yang tidak melaksanakan kewajibannya, sementara ia sendiri mengetahui bahwa pembebanan tersebut adalah wajib baginya, maka ia dapat dikatakan sebagai orang yang tidak berperan atau tidak menjalankan peranannya dalam memberikan pendidikan Alquran pada anak-anaknya
Dasar Hukum tentang Kewajiban Orang Tua dalam Pembelajaran Membaca Alquran pada Anak-Anaknya
Dalam bahasa agama, kewajiban utama orang tua terhadap anak-anaknya adalah menjaga mereka dari azab neraka yang menurut keyakinan Islam neraka itu dipastikan ada. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. at-Tahrim [66]: 6 yang berbunyi :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.[13]
Pedihnya siksaan yang telah dijanjikan Allah itu, tentunya apabila berkaitan dengan pembelajaran membaca Alquran anak dalam rumah tangga, maka yang menjadi sorotan utama adalah ibu dan ayah (orang tua) karena dari keduanya anak dilahirkan. Bahkan keduanya disebut sebagai pendidik utama dan pertama. Disebut sebagai pendidik utama karena pengaruhnya amat mendasar dalam perkembangan kepribadian anaknya dan disebut sebagai pendidik pertama, karena orang tua adalah orang yang pertama melakukan kontak dengan anaknya.[14] Pada kenyataannya dalam rumah tangga bahwa dari ibu dan ayahlah (orang tua), seorang anak pertama kalinya memperoleh bimbingan dan pendidikan. [15] Ibnu Khaldun mengatakan :
Hendaklah pendidikan yang pertama untuk anak adalah mengajarkannya Alquran sebelum dipersiapkan fisik dan akalnya, agar sejak dini dia mengecap bahasa Arab asli dan meresap pada dirinya nilai-nilai iman." [16]
Bahkan Imam al-Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin juga berkata "hendaknya anak diajari Alquran, hadis-hadis Rasul, kisah-kisah orang bijak dan baik, dan sebagian hukum agama."[17] Berdasarkan beberapa pendapat ini maka tugas orang tua (ayah dan ibu) sebagai guru atau pendidikan utama bagi anak-anak dalam menumbuhkan dan mengembangkan kekuatan mental, fisik dan rohani anak-anak,[18] termasuk pula pembelajaran Alquran yang mesti pertama kali diajarkan.
Anak sendiri dalam ajaran Islam ketika dilahirkan ibarat kertas yang siap dijadikan sebagaimana yang diinginkan orang tua, baik keinginan tersebut disadari ataupun tidak. Walaupun anak sedikit banyaknya dipengaruhi oleh faktor keturunan, tetapi ia juga akan siap dipengaruhi oleh keadaan alam sekitar tempat ia berkembang. Adanya dua kemungkinan yang berkembang dalam diri anak, tampaknya sesuai dengan hadis Nabi berikut ini :
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلىَ اْلفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَانِهِ اَوْ ُيمَجِّسَانِهِ (رواه البخارى) [19]  
Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah), hanya ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi. (H. R. Bukhari)
Apabila orang tua mencintai anaknya dan menjaga amanat yang diberikan kepada mereka serta ingin menjadi orang tua yang berperan, tentunya mereka secara suka rela dan tidak menemukan kesulitan –walaupun kesulitan tersebut dipastikan ada, namun dapat dianggap sebagai warna warni hidup- dalam mendidik dan membina anak[20] khususnya dalam  pembelajaran membaca Alquran untuk anak.
Memperkuat tentang pentingnya orang tua menerapkan peranannya itu, karena hal-hal yang telah dideskripsikan di atas, hal lain adalah karena dalam ajaran Islam, anak adalah amanat dan cobaan. Kelak amanat dan cobaan ini akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah SWT. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah dalam Q.S. al-Anfal [8]: 28 yang berbunyi:
Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.[21]
Adanya kekhawatiran Allah terhadap amanat yang diberikan kepada kedua orang tua, menyebabkan Allah menegaskan agar tidak memandang enteng dan terlena dengan cobaan tersebut. Oleh karena itu Allah kembali menegaskan dalam firman-Nya dalam Q.S. al-Kahfi [18]: 46 sebagai berikut:
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. [22]
Berdasarkan beberapa ayat di atas yang menunjukkan penting dan wajibnya orang tua mengajarkan Alquran kepada anak-anaknya. Oleh karena itu, anak harus sedini mungkin diajarkan mengenai baca bahkan tulis Alquran agar kelak anak-anak tersebut menjadi generasi qurani yang tangguh dalam menghadapi zaman.[23]
  
Pentingnya Orang Tua Menjalankan Peranannya dalam Pembelajaran Membaca Alquran Pada Anak-Anaknya di Lingkungan Rumah Tangga
Pentingnya melakukan pembelajaran Alquran ini selain melepaskan diri dari kebodohan sebagaimana yang dialami orang-orang di zaman jahiliyah yang masih tidak mengenal kebenaran ilmiah, Alquran juga penting untuk dibaca dan dipelajari, karena Alquran bagi umat muslim memiliki banyak fungsi. Di antara fungsi-fungsi itu adalah  sebagai petunjuk (Hudan) bagi kehidupan umat manusia. Fungsi ini tertulis dalam salah satu firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 2 yang berbunyi :
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. [24]
Masih banyak lagi fungsi-fungsi Alquran untuk kehidupan manusia, seperti Alquran sebagai rahmat (rahmah) yang merupakan keberuntungan yang diberikan Allah dalam bentuk kasih sayangnya, sebagai pembeda (Furqan) antara yang baik dan dengan yang buruk; yang halal dengan yang haram; yang salah dengan yang benar dan sebagainya, sebagai nasihat (mau'izhah) atau pengajaran yang akan mengajar dan membimbing untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, dan banyak lagi fungsi-fungsi yang lain. Khususnya Alquran berfungsi sebagai petunjuk sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah di atas, maka tentunya agar Alquran dapat memberikan petunjuk, ia harus dipelajari, dan tidak mungkin ia dapat memberikan petunjuk apabila tidak dibaca. Oleh karena itu, belajar membaca dan mempelajari ilmu-ilmu yang ada di dalamnya dipandang sangat penting.
Pentingnya pembelajaran Alquran khususnya dilakukan dalam rumah tangga yang di dalamnya ada orang tua dan anak telah jelas hal ini merupakan sebagai perintah baik dalam Alquran sebagaimana telah digambarkan di atas, juga berdasarkan petunjuk dari Nabi Muhammad SAW. Dalam rumah tangga seperti ini, orang yang memiliki peran dan tanggung jawab penuh terhadap pembelajaran Alquran adalah orang tua atau ayah dan ibunya. Berkaitan dengan pentingnya pembelajaran Alquran ini, Nabi dalam sebuah hadisnya bersabda :
حَدَّثَناَ أَبُوْ نَعِيْمٍ حَدَّثَناَ سُفْيَانِ عَنْ عَلْقَمَةٍ بْنِ مَرْثَدٍ عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُلَّمِى عَنْ عُثْمَانَ
بْنِ عَفَّانٍ  قَالَ: قَالَ النَّبِىُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ. (رواه البخارى). (رواه البخارى) [25]
Telah menceritakan kepada kami Hujjaj bin Minhal, telah menceritakan pula kepada kami Syu'bah, berkata ia (Syu'bah) telah menceritakan kepadaku Alqamah bin Martsad bahwa aku (Alqmah) telah mendengar Sa'ad bin 'Ubaidah  dari Abu Abdurrahman as-Sullami dari Utsman bin Affan r.a dari Nabi SAW telah bersabda "Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya (Alquran). (H. R. Bukhari)
Pada hadis di atas, Nabi mewajibkan kepada umatnya sekaligus memberikan motivasi bahwa orang yang terbaik di antara umat-umatnya adalah orang yang mempelajari Alquran (baik berkaitan dengan cara membaca, menulis, menyalin, mempelajari asbabunnuzul ayat-ayat Alquran dan semua yang berkaitan dengan Alquran) dan kemudian menularkan keahliannya itu dengan cara mengajarkan ilmu-ilmu yang dikuasainya kepada orang lain.
Apabila seseorang yang sebelumnya telah mempelajari Alquran dan sekarang memiliki anak, maka ia wajib menularkan ilmunya kepada anak-anaknya. Orang tua yang dapat melakukan perintah ini adalah orang tua yang terbaik, setidaknya dalam pembelajaran Alquran terhadap anak-anaknya.  Perintah yang tegas tentang pentingnya mempelajari Alquran dapat dilihat pada sabda Nabi berikut ini :
عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ
لَنْ تَضِلُّوْا مَاتَمَسَّكْتُمْ ِبِهمَاكِتَابُ اللهِ وَسُنًّةُ نَبِيِّهِ. (رواه مالك إبن أنس) [26]
Dari Malik bahwasanya ia menyampaikan bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : "Aku telah meninggalkan (mewariskan) kepada kalian dua perkara yang dengan keduanya kalian semua tidak akan sesat apabila berpegang teguh (menjadikan keduanya sebagai pedoman hidup) pada keduanya yaitu kitab Allah (Alquran) dan Sunnah (Hadis) Nabi-Nya. (H.R. Malik ibn Anas)
Dalam hadis tersebut Nabi Muhammad telah memberikan jaminan kepada seluruh umat manusia yang tunduk di bawah ajaran Islam bahwa umat manusia tidak akan pernah sesat selama mereka menjadikan Alquran dan Hadis sebagai pedoman dan pegangan hidup.
Tata Cara Membimbing Anak dalam Pembelajaran Membaca Alquran di Lingkungan Rumah Tangga
Berkaitan dengan tata cara melakukan pembimbingan membaca Alquran di rumah, setiap orang tua memerlukan cara agar ilmu yang diajarkannya kepada anak-anaknya dapat diterima dan diserap dengan baik. Untuk mencapai keinginan tersebut, maka dalam uraian ini dibahas tentang tata cara membimbing anak membaca Alquran. Tata cara ini berkembang dan digunakan masyarakat Islam, yang secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi 4 (empat) golongan sebagaimana yang dikemukakan dalam buku Pedoman Pengajian Alquran bagi Anak-Anak sebagai berikut :[27]
  • At-Thariqat Tarkibiyyah (Metode Sintetik). At-Thariqat Tarkibiyyah (metode sintetik) ini adalah metode pembelajaran Alquran yang dimulai dengan cara memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah secara berurutan dari huruf "Alif"  ( أ  ) sampai huruf "Ya" ( ي). Huruf-huruf  hijaiyah ini baik namanya atau pun pelafalanya ditekankan agar dihapal dan diingat oleh anak didik. Apabila anak didik telah menguasainya, maka langkah selanjutnya diperkenalkan tentang tanda-tanda baca atau harakat seperti fathah, dhammah dan yang lainnya. Setelah anak didik menguasainya baru kemudian disusun menjadi sebuah kata atau kalimat sampai menjadi satu ayat.
  • At-Thariqat Shautiyyah (Metode Bunyi). At-Thariqat Shautiyyah (Metode Bunyi) ini adalah metode pembelajaran Alquran yang dimulai dengan cara memperkenalkan atau mengajarkan bunyi huruf, bukan nama huruf seperti metode sebelumnya. Contohnya أ، ب، ت، ث، ج، ح، خ dan seterusnya. Dari bunyi ini disusun menjadi kata atau kalimat yang teratur.
  • At-Thariqat Musyafahah (Metode Meniru). At-Thariqat Musyafahah (Metode Meniru) ini adalah metode tindak lanjut metode bunyi di atas. maksud metode meniru ini adalah meniru bunyi suara dari mulut ke mulut. Anak didik mengikuti bacaan orang tua atau guru sampai dapat dihapal oleh anak tersebut. Kemudian setelah itu baru diperkenalkan beberapa kata dan huruf dari kalimat yang dibacanya beserta harakatnya.
  • At-Thariqat Jami'iyyah (Metode Campuran). At-Thariqat Jami'iyyah (Metode Campuran) ini adalah metode membaca Alquran dengan cara menggabungkan beberapa metode yang telah disebutkan di atas, sehingga diharapkan anak didik lebih mudah menguasai bacaan Alquran.
 Dari beberapa metode di atas, metode pembelajaran Alquran yang paling banyak digunakan orang sekarang adalah metode campuran. Dari perkembangan metode campuran ini lahirlah metode Iqra, dan metode-metode yang lainnya.
Khususnya pada metode Iqra, pembelajaran membaca Alquran diajarkan secara bertahap dari jilid 1 sampai jilid 6. Pembelajaran Alquran tersebut diawali dari memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah baik dari segi bunyinya, pelafalannya atau namanya. Semua dilakukan secara bertahap yang sampai akhirnya dipandang mampu membaca Alquran ketika telah berada di jilid 6.[28] 
Ditulis oleh Abdul Helim.
Catatan : Artikel ini merupakan penggalan dari keseluruhan tulisan Abdul Helim tentang Peranan Orang Tua dalam Pembelajaran Alquran di Lingkungan Rumah Tangga.


[1]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, h. 667.
[2]Ibid.
[3]Ibid., h. 802.
[4]Ibid., h. 17.
[5]Daryanto S.S, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Apolo, 1997,  h. 24
[6]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI., Kamus Besar, h. 17.
[7]Sugiarso,  Strategi Pembelajaran Kognitivistik: Kajian Teoritik dan Temuan Empirik, Ponorogo: Reksa Budaya, 2004,  h. 3.
[8]Ibid.
[9]M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran dan Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang, 1990, h. 1.
[10]Ibid., h. 2.
[11]St. Amanah, Pengantar Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Semarnag : Asy-Syifa, 1994, h. 6.
[12]Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, Jakarta: Logos, 1996, h. 20.
[13]Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Jakarta: Nala Indah, 2006, h. 820  
[14]Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Rosdakarya, 2004, h. 135. 
[15]Zakiah Daradjat, et.al., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, h. 35.
[16]Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam : Kaidah-Kaidah Dasar, Diterjemahkan oleh Khalilullah Ahmas dari buku asli yang berjudul "Tarbiyatul Aulad fil Islam", Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992, h. 210.
[17]Ibid.
[18]Henry N. Siahaan, Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak, Bandung: Angkasa, 1991, h. ix.
[19]Sayyid Ahmad Hasyimi, Mukhtar al-Hadits an-Nabawiyyah wa al-Hikam al-Muhammadiyyah, Kairo: Dar al-Fikr. h. 112.
[20]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 160.
[21]Departemen Agama RI, Alquran, h. 243.  
[22]Departemen Agama RI, Alquran h. 404.  
[23]Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 323.
[24]Departemen Agama RI, Alquran h. 2.  
[25]Abi Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhary, Jami'ushahih, …, h. 346.
[26]Malik bin Anas, al-Muwaththa' li al-Imam Malik ibn Anas, Juz III. Kairo: Dar ar-Rayyan, Tth, h. 240.
[27]Departemen Agama RI, Pedoman Pengajian Alquran bagi Anak-Anak, Jakarta: Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji, 1982, h. 24-35.
[28]As’ad Humam, Buku Iqra: Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, Jilid 1-6, Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional, 2000.

Read more: http://www.abdulhelim.com/2012/08/peranan-orang-tua-dalam-pembelajaran.html#ixzz2ENjR9eQV
Share this article :

Posting Komentar

 
TEMPLATE ASWAJA| MI Al Qur'an Al Kayyis - All Rights Reserved
Supported : MADINATULIMAN.COM | Creating Website | Johny dan Mas Themes